Jumat, 12 Agustus 2011

Innalillaahi wa inna ilaihi rooji'uun. My heart goes to @lilylubis and the #Triplets

Membaca timeline di twitter mengenai kepulangan ke Rahmatullah Mbak Lily Lubis, memperjuangkan kelahiran 3 anak kembarnya dan kehilangan nyawanya sendiri.

Manusia punya rencana, Allah juga yang menentukan takdir manusia. Semoga menjadi contoh bagi kita, agar kita selalu ingat kepada prioritas hidup dan selalu dekat dengan-Nya.

Berikut saya co-pas dari blog Dhee Halim, teman dari almarhumah. Lengkapnya bisa dibaca http://bit.ly/pXZfPn. Bisa diikuti timeline twitternya juga @dheehalim.

'U/ teman2 yg ga bsa menyumbang materi, tolong bantu Share info ini & bantu Doa u/ Triplets yg sangat membutuhkan uluran tangan kita. Saat ini Triplets masih dirawat intensif di inkubator ruang perawatan Bayi di RS.Mitra Keluarga Bekasi Timur, Lt.2. Sedangkan kediaman Alm.Lily & Watary di Daerah Tambun (bekasi).

Kondisi terakhir Triplets (copas dr Akun FB Lily yg di posting oleh Watary) :
·         Baby 1 : Adeela Arlyana Watary Berat lahir 1450 gram, sampai hari masih sama. Masih menggunakan infus di tangan dan susu melalui selang kecil di mulutnya. Albumin agak kurang. Tapi menurut dokter, kondisinya cukup stabil dan baik
·         Baby 2 : Adeena Rilyana Watary Berat lahir 1450 gram, sampai hari ini masih sama, masih menggunakan infus di tangan dan susu melalui selang di mulut, Albumin kurang, Hb juga kurang tapi sudah tranfusi darah. Menurut dokter kondisinya stabil dan baik.
·         Baby 3 : Adeeva Lilyana Watary Berat lahir 1200 gram, dan masih sama, paling kecil dibandingkan dengan saudarinya yang lain, tapi paling aktif dan sering nangis.

Albumin kurang dan menurut dokter kondisinya stabil dan baik Foto2. Triplets bsa dilihat d Akun FB Lily & Twitter gw @dheehalim. FB Lily : Lily Riyana Lubis FB Watary : Watary Kurniawan ID Twitter Lily : @lilylubis Silakan di cek :)

Kalian mungkin ga kenal Lily & Keluarganya..Tapi tolong sisakan kepedulian kalian untuk membantu sesama. Bukan karna iming-iming Pahala, tapi bayangkan seandainya kalian ada di posisi yang sama & tidak ada seorangpun yang sanggup membantu.. Bantuan bisa di transfer ke : Rek BCA 8420305801 a/n Watary Kurniawan Telp : 08121961238 (Watary)'

Yuk mari kita bantu sesama. Semoga bulan Ramadhan ini memberi keberkahan bagi kita semua. Semoga Allah selalu melindungi #Triplets dan semua anggota keluarga yang ditinggalkan.

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Jumat, 13 Mei 2011

How do you kill you mother with a nailcutter? My mom has the answer

Setiap keluarga punya kepercayaan magis atau pamali atau superstition-nya masing-masing. Saya yakin setiap orang, well at least sampai generasi saya pasti 'dijejali' berbagai macam superstition ini dari orangtua kita. Mungkin sampai sekarang kita masih percaya, bahkan mengajarkan hal yang sama terhadap anak-anak kita.

Entah darimana mulainya kepercayaan tersebut, tetapi saya akui cukup ampuh untuk mengurangi segala tingkah laku negatif kita atau apapun yang dilarang oleh orangtua kita. Setiap daerah memiliki superstition berbeda, namun tak jarang beda negara pun kadang punya kesamaan juga.

Hal yang paling common dan dimiliki oleh banyak culture adalah superstition yang berkaitan dengan 'bad luck' seperti cermin retak, kucing hitam melintas, jalan di bawah tangga, dan masih banyak lagi. Di Indonesia ditambah lagi dengan sisir patah, kejatuhan cicak, membuka payung didalam rumah, dll.
Gambar dari sini

Di keluarga saya juga banyak sekali pamali, yang sampai sekarang pun masih saya ingat. Yang paling berpengaruh pada saya adalah waktu pantangan menggunting kuku. Adalah pantangan di rumah saya untuk menggunting kuku setelah ashar, karena ibu kita akan mati! Wih, terdengar menyeramkan sekali ya. Dan sampai sekarang, tak satupun dari kami, anak-anak ibu saya, berani untuk membuktikan apakah superstition ini betul adanya. Tentu saja karena akibatnya sangat fatal! Masih banyak yang lain lagi yang sampai sekarang masih saya ingat -- kalau menyapu tidak bersih nanti akan dapat suami berewokan (dan kenyataannya saya berjodoh dengan Pak Hussain yang berewokan), makan dari piring atau gelas 'sumbing' berakibat buruk pada bakal anak kita kelak, duduk harus jauh dari pintu agar ringan jodoh, dll.

Ketika saya menikah dengan Pak Hussain di tahun 2006 yang lalu, saya perlahan mulai menularkan kepercayaan magis saya setiap kali dia melakukan hal yang bertentangan dengan 'peraturan' yang saya tahu. Dan sudah bisa ditebak kelanjutannya, tentu saja karena dia adalah orang yang penuh rasional, dia menapik semuanya sambil menertawakan saya.

Superstition adalah hal yang klasik. Walaupun kita tahu bahwa kebenarannya kurang dari 10% dan sisanya adalah dongengan belaka, dan bahwa semuanya adalah ketakutan berlebihan yang diciptakan nenek moyang kita dulu agar kita tidak melakukan hal yang dilarang. Tapi tetap saja sampai sekarang pun kita menghindari apa yang dilarang walaupun alasannya tidak jelas.

Aneh memang, tetapi semua kepercayaan supersition itu seperti tertanam di kepala kita semenjak kecil sampai sekarang. Seringnya membuat kita terkekeh dalam hati, namun tak jarang membuat kita urung melakukan hal yang dilarang. Superstition sedikit banyaknya seperti membentuk pribadi kita.

Jaman sekarang, di masa teknologi yang sangat canggih, memang agak kuno untuk masih menanamkan larangan dengan memberikan ketakutan kepada anak-anak kita. Mudah memang, tapi dengan kepintaran anak jaman sekarang, apa iya masih ampuh untuk digunakan? Jangan-jangan malah anak kita menganggap kita berbohong dan cuma menakut-nakuti mereka. Apa nantinya mereka akan percaya apa yang kita katakan selanjutnya? Jangan-jangan mereka jadi malas bertanya apapun lagi kepada kita. Di umur 7 tahun, disaat anak-anak kita mungkin sudah bisa menguasai komputer. Dengan mudahnya mereka akan meng-google pertanyaan mereka dan mendapat jawaban paling akurat. Apa mungkin kita memberikan informasi yang tidak berdasar fakta seperti superstition?

Yang pasti superstition mewarnai masa kecil saya, dan membekas di ingatan saya sampai dewasa. Dan bersama Pak Hussain, kami sepakat untuk meredam keinginan saya untuk mengajarkan superstition pada anak-anak kami :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 30 April 2011

Just for fun - My lost glasses

I lost my glasses
Many times, but I can always find it
I put it in various places
Its just so hard to remember where I put it

Everytime I try to put it in one place
Whenever I take it off my face
Or whenever I take it off before I go to bed
Somehow, I don't know why, I always forget

I lost my glasses, this time for real
I took it off right before I shower
I must have taken bath for more than hour
Because I can't seem to track my glasses
Even this time I try harder

People say I'm getting old
I keep on forgetting what I'm told
Maybe I have to write everything on a note

But I have to be greatfull to the Lord
For eventhough I'm getting old
I'm not like Prince William, who's head is bald
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 09 April 2011

Slow down, I'm getting there, eventually

Picture taken from here
Pagi ini saya berkaca, dan menyadari terlihatnya sedikit lekukan di pinggang saya. Rasanya ingin menjerit dalam hati 'Waaahh, saya kurusan loh'. Rasanya satu hari ini menjadi lebih spesial dari hari biasanya.

Saya memang cuma seorang SAHM (Stay at home mom) yang sehari-hari disibukkan oleh kerepotan mengurus anak, dan memiliki sedikit waktu untuk merapikan diri. Berkaca sekarang, lebih menjadi kegiatan bermain dengan anak, daripada mematut diri, memandangi diri sendiri di depan cermin. Apalagi keseharian saya yang selalu dirumah membuat kegiatan berkaca menjadi jarang saya lakukan.

Memang berat badan dan bentuk tubuh adalah dua masalah utama di dunia perempuan. Semua perempuan ingin memiliki berat badan dan bentuk tubuh yang ideal. Semua cara dan upaya berani dilakukan oleh perempuan untuk mendapatkan kedua hal tersebut. Masa kehamilan dan persalinan yang indah pun, nantinya akan dihadapkah oleh dua masalah utama ini. Tak sedikit perempuan yang tidak dapat menerima perubahan bentuk badannya setelah melahirkan, dan akhirnya menjadi depresi. Baby blues pun sering terjadi, menyalahkan bayi yang dilahirkan karena depresi akan perubahan yang dialami perempuan setelah kehamilan dan melahirkan.

Saya beruntung memiliki suami yang pengertian, yang paham betul bahwa menyusui dan berdiet bukanlah pasangan yang match. Bahwa mengembalikan bentuk tubuh bukan semudah membalikkan telapak tangan, terutama bagi jenis perempuan yang susah menguruskan badan seperti saya. Memang rasa iri itu pasti ada setiap melihat perempuan lain yang dengan sangat mudah tanpa melakukan apapun, kembali ke bentuk badan sebelum hamil, setelah melahirkan. Sedikit mengutuk namun mengagumi dalam hati, sambil berdoa supaya bentuk badan saya bisa tiba-tiba berubah seperti dia. Tapi kalau dipikir, mungkin tanpa saya tahu, dia berusaha lebih dari saya. Berolahraga, menjaga asupan makannya, berdiet dengan benar, dan merawat badannya. Mungkin memang saya saja yang kurang usaha, hanya berniat olahraga tapi untuk menjalankan niat itu sulit sekali. Mungkin kalau saya berusaha lebih keras, kalau saya meluangkan waktu saya untuk berolahraga dan menjaga pola makan, saya bisa dengan cepat menurunkan berat badan saya. Sambil melamun saya terus berpikir, mendesah, dan berpikir lagi.

Pada akhirnya saya memilih untuk mensyukuri bentuk tubuh dan berat badan saya. Hari ini saya merasa lebih kurus. Slow down, I'm getting there, eventually.

Sabtu, 02 April 2011

Jakarta, what have we done to you

Hari itu saya melihat dari tingkat 18 apartment tempat kami tinggal, kawasan perumahan dilalap api. Pikiran saya melayang membayangkan betapa paniknya pemilik rumah, menyelamatkan diri dan keluarganya.

Di sisi lain jalan, cukup jauh dari situ, saya cuma memandangi mobil pemadam kebakaran dengan cemas. Sirenenya meraung-raung memohon kepada sesama pemakai jalan. Berharap diberikan sedikit laluan, supaya bisa sampai cepat, membantu memadamkan api yang menyambar cepat.

Pikiran saya melayang lagi ke perumahan yang terlalap kobaran api. Membayangkan pemilik rumah yang hatinya bergetar, memandangi rumahnya hancur rata dengan tanah. Hilang bersama kenangan yang terkumpul lama, luluh ditelan api.

Sebegitu lama detik-detik penantian, menunggu pertolongan yang tak kunjung tiba. Pemadam kebakaran yang bergegas namun semua usaha sia-sia. Terjebak kemacetan.

Jakarta, what have we done to you.

Di sepanjang mata memandang, gedung-gedung baru bermunculan. Bak monster beton yang kakinya menghunjam jauh ke dasar tanah. Menghisap semua kehidupan di sekitarnya. Sampah-sampah menggunung di bantaran kali, berebut tempat dengan akar pohon yang semakin goyah karena tempat berdirinya rapuh.

Sekarang, hampir setiap kali hujan turun, Jakarta tergenang air. Setiap orang seperti terlupa akan salahnya, menghujat pemerintah, seakan mereka Tuhan yang bisa merubah nasib manusia dalam satu jentikan jari.

Jakarta, what have we done to you.
Picture taken from here
Kita menggali tanah, dalam, dan semakin dalam, untuk mengambil air. Menghisap sebanyak yang bisa didapat, tak peduli sesiapa, asalkan kita berkecukupan.

Ruang semakin sempit, kendaraaan semakin banyak. Gedung dan perumahan baru berdiri di manapun tanah kosong terlihat, tanah semakin turun kehilangan pondasinya. Sampah tak terurai menggunung, entah nantinya akan dikemanakan.

Sebegitu banyak yang telah kita telah ambil dari Jakarta. Tanpa merasa bersalah, tanpa peduli apakah anak dan cucu kita nanti bisa menikmati apa yang bisa kita nikmati sekarang dengan mudah.

Sekaranglah saatnya kita bertindak, menyayangi Jakarta seperti Jakarta telah menopang kehidupan kita, tanpa pamrih. Sekaranglah saatnya kita memulai, menggunakan sumber daya alam secara bijaksana, menyisakan sebagian kecilnya untuk generasi berikutnya, agar anak cucu kita nanti tidak susah hidupnya. Sekaranglah saatnya kita melakukan, apa yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan, berhenti menyalahkan orang lain dan melihat ke diri kita sendiri.

Mari kita berubah, untuk Jakarta yang lebih baik lagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 16 Maret 2011

Should all women be a Stay-at-home-mom?

Beberapa hari yang lalu, teman saya melontarkan pertanyaan melalui status di facebook. 'Do you think women should give up their career and be a stay-at-home-mom?'. Pertanyaan simple yang bisa dijawab sependek kata 'Ya' dan 'Tidak'. Tapi hasilnya menjadi perdebatan panjang dengan pandangan beragam.

But really, you'll never know your real answer until you experience it yourself. Waktu saya single, saya bersumpah untuk menjadi career woman seperti ibu saya. Jadi bos, mengumpulkan uang sebanyak-banyaknya, menikmati hidup saya berpindah-pindah tempat di merata dunia.

Bukannya saya menyesali kehidupan saya sekarang. Tak habis-habis syukur saya kepada Allah diberikan kenikmatan hidup di dunia seperti sekarang. Memiliki pilihan untuk tinggal dirumah, menemani anak-anak saya dan melayani suami saya sepenuh hati.

Di zaman modern seperti saat ini, dimana perempuan dan laki-laki hampir memiliki kesempatan karir yang sama, semua hampir bisa dilakukan perempuan. Banyak yang sampai menempati posisi-posisi tinggi di perusahaan. Di negara kitapun, tercatat pernah memiliki wanita sebagai presiden. Siapa bilang perempuan harus menghentikan harapannya memiliki karir bagus ketika memiliki anak?

Untuk beberapa keluarga, yang tidak cukup memiliki satu sumber penghasilan, ibu bekerja adalah opsi terbaik untuk menopang hidup. Namun, dengan banyaknya pilihan cara bekerja hari ini, ibu juga bisa memilih untuk bekerja dari mana saja dan di mana saja. Beberapa ibu super kreatif, bahkan bisa merubah kehidupan keluarganya, dengan berbisnis online dari rumah.

Life is about choices. Memilih untuk meneruskan bekerja, by choice ataupun karena diperlukan, sama sekali bukan pilihan yang salah. Apa gunanya sekolah tinggi-tinggi kalau ilmunya tidak digunakan? Memilih untuk stay dirumah, menggunakan ilmu yang kita miliki untuk membesarkan anak, memang bukan untuk semua. Walaupun pastinya adalah pilihan terbaik untuk anak.

Saya yakin, Tuhan menciptakan setiap manusia memiliki peran dan fungsinya masing-masing. Jalani tiap peranan sebaik-baiknya. Jadilah manusia yang memiliki added-value ke dalam kehidupan orang lain, terutama di kehidupan pasangan kita dan anak-anak kita.

Apapun pilihan Anda, pastikan bahwa itu yang terbaik bagi Anda, anak Anda dan kehidupan berkeluarga Anda. Karena anak adalah titipan Tuhan, jika kita mau menitipkannya ke orang lain selama kita melaksanakan tugas kita, pastikan dia terjaga dengan baik.

Memang pilihan yang berat, bukan?
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 05 Maret 2011

Berkomitmen atau tidak sama sekali

Pelajaran hidup dan komitmen saya dapatkan dari Pak Supir Taxi pagi ini. Yang berlinang air mata, menerima telpon dari anak ke-2nya yang besok UTS. Minta ijin menjawab telpon sambil menyetir, sebentar saja katanya, cuma untuk bilang 'Belajar ya Nak, mudah2an nilai kamu baik semua'.

Si Pak Taxi, di masa kejayaannya, adalah seorang businessman. Kerja keras memulai usaha dari nol, yang walaupun omsetnya tidak begitu besar, dia bisa memiliki rumah besar di Cilegon, membesarkan dan menyekolahkan 4 anaknya bersama istri yang dicintai.

Sampai Allah memberikan cobaan pada cinta mereka. Usahanya bangkrut, menyisakan hanya sedikit saja modal usahanya, untuk bertahan hidup beberapa minggu saja. Si Bapak pun, dengan segala kemampuan yang ada, mencari pekerjaan, apa saja, yang bisa memberikan penghasilan, berapa saja, untuk menyekolahkan 2 anaknya yang besar dan membeli susu untuk 2 anaknya yang masih kecil.

Singkat cerita, istrinya pun tak tahan dan akhirnya menggugat cerai. Mengeluarkan si Bapak dari rumah, dan membawa orangtuanya tinggal bersama di rumah yang dibangun si Bapak.

Saya sudah terbayang betapa hancurnya hati si Bapak. Yang ditinggal orang yang dicintai, bukan karena dia pindah ke lain hati, bukan karena dia tidak berusaha keras untuk menyayangi keluarganya. Sambil menyeka mata dengan lap lusuh, si Bapak masih bercerita 'Kok tega ya istri saya, Mbak. Saya tu cinta mati sama dia'. Tenggorokan saya tersekat, kata-kata seperti tertahan tak bisa keluar, tak tahu mau memulai dari mana.

Begitu hebatnya uang, yang ketidak-beradaannya membuat 2 orang yang tadinya mencintai, menjadi jauh. Memisahkan si Bapak dari anak-anaknya, yang masing-masing dibesarkan dengan sepenuh hati, sementara istrinya bekerja paruh waktu.

Hari ini genap sebulan dia memulai hidup yang 180 derajat berbeda, menyetir taxi nengumpulkan uang dan tips sebanyak-banyaknya, mengirim uang sesering mungkin, supaya anaknya terus bersekolah dan tidak kekurangan.

Sampai dirumah, dengan memberi tips sekadarnya, gumpalan kabut kelabu masih tersisa di hati saya. Betapa pentingnya komitmen sebelum pernikahan. Berkomit untuk berkongsi hidup, berkongsi senang dan susah, bahkan berkongsi harta. Berkomit untuk menghibur yang satu, bila sedih. Berkomit untuk tetap bersama, walaupun yang satu tidak sama seperti yang diharapkan. Berkomit untuk tidak meninggalkan, bila yang satu terpuruk dalam keadaan terburuknya.

Karena setelah diikat oleh pernikahan, kita menyatukan dua kehidupan kedalam satu rumah. Dan membatalkan ikatan tersebut, berarti menghilangkan cahaya kehidupan orang yang terhubung dalam ikatan tersebut. Sanggupkah kita berkomitmen?

Picture taken from here: http://www.totalfinancialconcepts.com/files/10023/old%20couple.jpg
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Kamis, 17 Februari 2011

Don't die just yet!

Pernah mimpi tentang kematian? Bagaimana rasanya begitu nyata, sampai kita terbangun sambil mengucap rasa syukur bahwa itu hanya mimpi.

Saya mengalami banyak mimpi tentang kematian saya. Ditabrak mobil, jatuh dari ketinggian (pasti semua pernah mimpi seperti ini, biasanya kita langsung tersentak dan terbangun dari tidur), bahkan dibunuh teman sendiri pun pernah. But this time, it feels so real, different from all of my previous death dreams. Ceritanya dalam mimpi, saya bergegas pulang dari daerah Bandung, mengambil barang yang tertinggal, jalanannya terjal menuruni bukit, tanpa pembatas. Ketika tikungan, mobil terlalu cepat sehingga meluncur ke dalam jurang, seperti permainan daytona, hanya saja saya betul-betul ada di dalamnya. Saya ingat banyak sekali yang saya pikirkan, dalam mimpi. 'How could that happened?' 'How a small mistake can easily end your life' 'I have no control over anything, that can get myself out of the situation' 'This is the end, there's no rewind button, this is it'. Bener loh, itu semua pikiran saya dalam mimpi, yang saya masih ingat merasakan semua pikiran itu ketika saya bangun. Dan saya juga ingat mengucapkan berkali-kali kata 'Laa ilaaha illallaah'. Kata crucial bagi para muslim, yang sebaiknya diucapkan ketika berhadapan dengan maut.

But it was just a dream. Am I gonna be that lucky in real life? I don't know. Saya selalu menganggap orang yang diberi penyakit berat yang berujung kematian adalah orang yang 'beruntung'. Bukannya menertawakan diatas kepedihan orang. Tapi bayangkan betapa mudahnya hidup, jika kita tahu kapan kita akan mati. Seperti film The Holiday, kita bisa merencanakan apa yang bisa kita lakukan sebelum maut menjemput. Plan a great holiday, visit places you haven't seen in your life, tell everybody how much you ♥ them, print good memories to keep in your head, dan terakhir bertaubat sekuat-kuatnya, berharap Allah mengampuni segala dosa kita. But for us who live normal life, it rarely happened that way.

So with all my death dreams experience, I can't pretty much get some lessons. Hidup lebih bersyukur, jangan tinggalkan sholat, selalu ingat Tuhan, spend quality times with people you care about, don't worry about future so much and live present life to the fullest, don't worry about money so much and worry about losing loved ones more. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana kita akan mati. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan hidup untuk menghadapi kematian.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 15 Februari 2011

Girls and their endless-grouping-system

Despite all the benefits of being a girl; the freedom of wearing both skirts and pants, freedom of expressing your feeling anytime you want, and our amazing ability of manipulating your mood and feeling whenever necessary to get man to do anything you want, and other stuffs. I found that being a girl is more complicated and harder than that.

Since we were very young, we are faced by fierce competition to mingle and survive the elimination process of grouping! Its tough, its scary and many times created mental breakdown for the non-survivals. The groups are pretty much like this;
1. The 'Born to be rich, pretty and famous' girls, are those blessed with almost everything people need in the world. Most of them will have a successful social life in the future
2. The 'Cool and trendy' girls, are 2nd in rank. They pretty much rule the school. They date the seniors, hang out in canteen disturbing juniors. They are active in school organization and most of the cool stuffs.
3. The 'Nerds', are those who don't socialize alot. Because they're not that pretty, because they're not so smart. Or combination of the above.
For those who are not categorized under these group, are just ordinary girls, the unknown. Just like me.

This system might vary in different cultures and countries, but the rule is pretty much the same. There's no way you can escape this system. If you cant survive this system, you'll fall under The Unknown group, an ordinary.

Since I can remember, I never stick to one group in my life as a student. Call me naive, but i wasn't aware that you have to chose a pact to survive school life. Since I dont act, dress, talk or even walk girly. I dont talk about boys and artists all the time, I dont use branded gel shoes, and bring Kipling pattern bags, Im kinda left out, not trendy, not cool. So I hang out with the boys, where their system are a less tough. They tell you straight to your face what they feel, that way they're easier-to-understand species. Turns out that I learned a lot from them (apart from all the p*rn cds they collected for pride), and I got to join the band. How cool is that! Well at least for me it is. I dont have many girl friends. Its ok, better to have few that sticks with you, rather than having many that never around.

I forgot all of this, until now, when I drop Mikail everyday to school. After many times, only I realized that its the same system all over again. The hot mamas, with shiny hair, nice dresses and pretty shoes are in one corner, talking about fancy stuffs. The A+ moms, in another corner, talking about their kids' development. And where am I sitting, if you ask? Just like old time, the ordinary people who mingle and never talk again the next day as if we never met.
Tell me really, is there some kind of secret code you have to say to join the pretty pact? I'd like to know.

Kamis, 10 Februari 2011

Pagi ini Jakarta berkabut

Beneran loh. Karena beberapa orang juga bilang begitu di twitter hehehehe. Bukan saya pesimis, cuma biasanya memang kalau terlihat berkabut begini, biasanya polusi.

Matahari bersinar cukup terang, membuat pemandangan pagi yang tidak biasa ini semakin luar biasa. Terlebih lagi dilihat dari ketinggian rumah susun tempat kami tinggal.

Saya menikmatinya ditemani anak yang paling pagi bangunnya, Naznin. Membuka lebar pintu balkon, menyeduh teh, sambil menikmati sepotong roti bakar (maaf cuma pencitraan, maksud saya 2, eh 3). Sambil melamunkan hidup saya. What it would be like if I was still single, unmarried. Mungkin saya meneruskan sekolah, atau malah tetap bekerja di satu perusahaan dengan karir stagnant dan waktu kerja yang menyita kehidupan pribadi. Mungkin saya sudah keliling dunia, seperti impian saya, berpekerjaan seperti Robin Esrock, a travel writer. Tapi mungkin saya malah luntang-lantung berpindah pekerjaan, mencari pekerjaan yang cocok buat saya. Mungkin saya bisa party all night, ikut perkumpulan tukang clubbing se-Indonesia (kalau ada). Tapi mungkin malah saya diam-diam dirumah, tidak ada teman untuk pergi keluar, karena semua sibuk dengan keluarga sendiri.

Susah membayangkan bagaimana kehidupan saya saat ini, apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Bila saya tidak bertemu suami saya, bila kami tidak dianugrahi 2 manusia kecil ini, dan bila-bila lainnya.

There's so many things you wish you would have done in life, but you didn't do. So many times you wish your way would end up somewhere, but many times life takes you somewhere else.

But think about it this way. There are no such things as coincidence. Allah has plan for everything and everyone. So when you think that your plan didn't go well, think again. Probably you just have to go different direction to achieve it. When you think your life is not how you wanted it to be, think again. That is probably the best for you, as your life maybe worst if it had happened otherwise.

So, enjoy you life. Don't sweat over small stuffs you don't have. Try not to compare your life with others, because they probably wish they can have your life too. Do your best in life, pray and rely only to Allah.

Pagi ini Jakarta berkabut, saya yakin yang ada di pikiran semua orang pagi ini cuma bagaimana cara menyelesaikan hari dengan cepat. Thank God It's Finally Friday!
Powered by Telkomsel BlackBerry®

I got cheated!

Entah untuk keberapa kalinya dalam hidup, saya ditipu orang. Ditipu mulut manis pedagang, ditipu rayuan tukang asuransi, ditipu temen lama yg butuh duit, ditipu orang baru kenal yang ternyata clepto, ditipu online store, dan ditipu yang lain yang ga keinget semua.

Saya masih ingat berkali-kali dimarahi almarhum bapak saya sewaktu saya sekolah dulu gara-gara saya suka kena tipu orang. Contohnya waktu itu saya ingin membeli parfum untuk hadiah valentine ibu saya. Kawan saya spontan menawarkan berbagai merk parfum yang dia jual, harganya miring sekali. Waktu itu saya kelas 2 SMP. Langsung saja saya minta tambahan uang dari Bapak saya. Yang saya tidak tahu, bahwa teman saya ternyata menjual parfum KW2. Saya ingat betul dimarahi Bapak saya, disuruh mengembalikan parfum yang saya beli. Ketika mau dikembalikan, ternyata kawan saya marah-marah, tidak mau mengembalikan uangnya. Saya pulang dengan tangan hampa, kembali dimarahi Bapak saya. Saya memang paling ga bisa berdebat dengan orang yang masalahnya berhubungan dengan uang. Pastinya saya selalu kalah, dan berakhir dengan berkurangnya uang di dompet saya.

Pernah juga saya ditawari untuk membeli dagangan kawan saya. Ketika saya jawab tidak, kawan saya mengeluarkan jurus marketing ditambah jurus 'puppy eyes'. Jurus paling ampuh untuk meluluhkan hati orang, atau mungkin berlaku untuk saya saja. Nah saya juga paling tidak bisa berurusan dengan orang kaya gini, pastinya berakhir dengan bertambahnya barang tidak berguna di rumah saya, dan berkurangnya uang di dompet saya.

Dan berkali-kali saya terjerat asuransi dan unit link yang sebenarnya saya tidak perlu. Tapi terbeli, bukan karena tidak sengaja, tapi karena terkena jurus ampuh 'puppy eyes' tadi.

Kali ini saya membeli barang 2nd yg katanya kondisi masih bagus. Dijual sekitar 70% barunya. Ternyata pas nyampe di tangan, tidak sesuai harapan. Emang sih saya ga lihat barangnya dulu sebelum membeli, karena barangnya udah difoto, katanya dalam keadaan bagus, jadi saya percaya. Oke ternyata saya terlalu lemah dengan rayuan dan juga terlalu percaya sama orang.

Karena sudah menikah, dan uang yang dipakai adalah uang suami, tentu saja sekarang saya menunggu dimarahi suami, atau setidaknya dicemberutin. Alhamdulillaah, Pak Hussain adalah orang yang pengertian terhadap masalah saya yang satu ini, dan entah kenapa sampai sekarang masih mempercayakan keuangan keluarga pada saya.

Jadi, saya putuskan untuk mengembalikan saja barangnya. Saya mengirimkan pesan lewat bbm bernada agak marah kira-kira begini:
Me: Mbak, kok barangnya tidak sesuai dengan fotonya ya? Boleh aku balikin Mbak?
Mbak: Oh ga bisa dong
Me: Balikin boleh ya? Ga usah balikin uangnya semua deh, 3/4nya aja. Sisanya uang kesel
Mbak: Ga bisa mbak. Saya udah pake uangnya. Emang saya jual itu barang karena saya perlu uang
Me: *nepok jidat* yaaahhhh
Mbak: Maap ya
Me: ya sudahlah ga papa. Itung-itung bantuin teman (haaahhh did I just say that?) *tepok jidat sekali lagi*

Ok, sepertinya saya harus pergi ke kelas 'Cara bernegosiasi dengan orang' deh.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 09 Februari 2011

Comic Cafe for Comic lovers




Hari Selasa yang lalu, sesudah berbelanja kebutuhan dapur, saymengajak keluarga untuk makan siang bersama di Epicentrum Rasuna, Kuningan.

Ternyata ada restaurant baru, namanya Comic Cafe! Tempatnya unik banget, begitu masuk nampak jelas miniatur super hero dipajang dimana-mana. Semuanya didesain bertema komik.

Meja dan kursi digambar komik. Dinding juga dilukis komik. Menunya digambar seperti komik. Sangat kids friendly, karena ada menu anak, yg dibentuk lucu-lucu. Ada meja dan kursi anak-anak juga.

Makanan bervariasi antara masakan indonesia: sop buntut, nasi goreng, mie goreng, dll. Ada jg steak ayam dan daging. Sayang, rasa makanannya terbilang 'biasa' untuk harga yang ditawarkan. Harga makanan sekitar 30-60ribu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Harapan semu terhadap sistem pendidikan kita

Masih ingat, liputan tv tentang ujian guru-guru sekolah negri? Yang ternyata guru-guru itu mencontek, membawa handphone ke ruang ujian untuk meng-sms rekannya minta jawaban, bahkan melirik catatan yang sebelumnya sudah disiapkan di handphone. Walaupun hal ini tidak terlalu mengejutkan buat saya, tapi ketika dilihat terang-terangan di tv, malah mereka nyengir-nyengir tak berdosa ketika disorot kamera, sungguh amat memalukan. Apakah ini guru-guru yang sama yang mengajar anak-anak kita? Kalau gurunya begini, apa yang akan terjadi pada muridnya? Seperti kata pepatah; Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Foto diambil dari sini
Jadi dimana salahnya, dan bagaimana cara memperbaikinya?

Pak Hussain, suami saya pernah berkomentar, bahwa Indonesia harus menunggu sampai semua generasi dengan budaya-budaya buruk seperti mencontek sampai KKN, mati, baru negara ini mungkin bisa memulai lagi dengan budaya dan politik yang lebih bersih.

Permasalahan yang tak kunjung selesai di negara kita yang sebenarnya kaya ini adalah kemiskinan rakyat dan dalih pemerintahannya yang kurang budget operasional. Guru-guru yang baik dan berkualitas, yang mau mengabdikan jasa dan hidupnya di pedalaman, tidak dilihat sama sekali oleh pemerintah. Guru-guru yang berjasa mendidik anak-anak yang nantinya akan jadi pemimpin bangsa, tidak diperhatikan kesejahteraannya. Anak-anak yang cerdas, yang berbakat, bahkan tak sekali mengharumkan nama bangsa di berbagai ajang kompetisi, tidak 'dipelihara' negara. Alhasil, mereka akan pindah mencari negara yang mau 'memelihara' mereka dan mengembangkan bakat dan kemampuan mereka. Sistem pengajaran dan kurikulum negara pun lebih banyak membodohi daripada mencerdaskan anak. Bagi yang memiliki uang lebih, mungkin lebih memilih sekolah swasta atau home-schooling bagi anaknya, yang lagi-lagi ketika mereka berprestasi, ayah-ibunya akan menyekolahkan mereka ke luar negri. Akankah yang tertinggal di negri ini hanya yang biasa-biasa bahkan yang buruk?

Budaya buruk yang beragam pun menjadi permasalahan tersendiri bagi negara kita. Dari mulai yang kecil, seperti menggunakan peralatan kantor untuk kepentingan pribadi, sampai yang besar seperti KKN, 'dimaklumi' oleh masyarakat dan hukum negara kita.

Pikiran seperti ini yang membuat hati semakin kecut dan pesimis terhadap masa depan anak-anak saya di negara ini. Tapi setiap saat saya coba membesarkan harapan, pasti nanti akan lebih baik lagi. Bukan kepada pemerintah kita harus menyandarkan harapan akan kehidupan yang lebih berkualitas untuk kita dan mimpi-mimpi masa depan kita. Diri kita sendirilah yang bisa melakukan perubahan itu. Rumah, adalah tempat pendidikan utama anak-anak kita. Ayah dan ibu adalah guru utama anak-anak bahkan dari mulai anak dalam kandungan. Mari kita ajarkan anak-anak kita agar memiliki hati yang bersih dan jiwa yang besar. Ajarkan mereka berkompetisi dengan sportif, bukan untuk menang dengan menghalalkan segala cara, tapi untuk mencoba dengan segala kekuatan untuk meraih kemenangan. Ajarkan juga tentang kekalahan, dan cara menyikapinya. Selalu tunjukkan dan ajarkan kebaikan, tetapi jangan lupa juga ajarkan tentang keburukan dan bagaimana cara menghindarinya. Terlebih lagi, ajarkan mereka agar takut kepada Tuhan, kekuatan di atas segala kekuatan, yang kepadaNyalah kita semua dikembalikan pada waktunya.

Apakah mungkin juga sudah saatnya, pemerintah menambahkan ke dalam kurikulum sekolah: Pelajaran 'Anti korupsi', 'Anti penindasan terhadap kaum yang lemah', 'Anti tirani', 'Anti rekayasa politik', pelajaran tentang hati bersih dan cinta. Cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap bumi, dan cinta terhadap sesama manusia, yang semua derajatnya sama di mata Tuhan.

Don't give up hope just yet. Mari kita mulai merubah negri ini, mencintai negri ini dengan membesarkan anak-anak kita dengan cinta.

Duka saya bagi Alanda, dan kematian keadilan di Indonesia

Subuh tadi saya terbangun, menyusui Naznin sambil menyempatkan diri membaca timeline di twitter semalam. Terlintas banyak status mengenai kasus Alanda, 19 tahun, yang ibunya divonis penjara 10 tahun karena terkait kasus Bank Century. Alanda menulis menceritakan tentang ibunya di Blog Alanda.

Hati rasanya teriris sampai tidak bisa tidur lagi. Berkali-kali ketidakadilan terjadi, kaum yang lebih lemah tertindas karena buta hukum, karena miskin, karena tidak ada kenalan pejabat atau polisi, dan karena tidak punya apa-apa lagi untuk menyuap siapa-siapa.

Kembali ke kasus Ibu Alanda, sebagai orang awam yang buta hukum (dan enggan mempelajarinya), pertanyaan saya pasti sama dengan yang lain. Terlepas dari salah benarnya ibu Alanda, siapakah yang tega menjadikan wanita ini kambing hitam yang menerima hukuman lebih besar dari pelaku kejahatan itu sendiri? Siapakah yang begitu buta hatinya (entah oleh apa), memutuskan hukuman ini, dan siapa pula yang tega menyetujuinya.

Berkali-kali, orang yang menurut kita salah sedikit, seperti mencuri singkong dari kebun tetangga karena kelaparan, dapat hukuman yang begitu panjang. Sedangkan koruptor, orang yang mencuri uang negara dan pembayar pajak, yang begitu banyaknya, hanya terjerat hukuman ringan. Apakah segitu banyaknya celah di hukum Indonesia? Kalau iya, siapa yang bisa kita 'salahkan'? Siapa yang harus memulai merubah hukum-hukum bercelah ini? Kenapa sudah selama ini, banyak hukum yang ayat-ayatnya 'menyesatkan' tapi tidak ada yang merubahnya juga? Mungkin karena semakin banyak celah yang ada pada hukum, semakin banyak orang yang melek hukum diuntungkan.

Alanda adalah anak dengan bakat dan prestasi yang besar, yang membanggakan bagi Indonesia. Saya yakin, Alanda, dan bahkan korban hukum yang lain, jauh lebih mencintai Indonesia dibandingkan dengan para koruptor dan penindas masyarakat yang sering kelihatan di tv. Tapi sayang, Indonesia tidak mencintai mereka.

Saya sebagai seorang ibu, dan saya yakin semua ibu-ibu juga sama, berharap agar negeri ini selalu damai agar anak-anak kita bisa memiliki hidup yang berkualitas. Kami cuma bisa berbuat yang terbaik membesarkan anak-anak kami dengan cara terbaik yang kami tahu. Berharap anak-anak inilah yang nantinya akan membawa negara ini ke perubahan yang lebih baik. Dimana keadilan ditegakkan dan kedamaian bisa tercapai.

Dan kepada penindas masyarakat lemah, yang meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dari kenaifan dan kebaikan orang lain. Semoga Allah melindungi kalian semua, karena ingatlah bahwa siksa Allah sangatlah pedih.