Jumat, 13 Mei 2011

How do you kill you mother with a nailcutter? My mom has the answer

Setiap keluarga punya kepercayaan magis atau pamali atau superstition-nya masing-masing. Saya yakin setiap orang, well at least sampai generasi saya pasti 'dijejali' berbagai macam superstition ini dari orangtua kita. Mungkin sampai sekarang kita masih percaya, bahkan mengajarkan hal yang sama terhadap anak-anak kita.

Entah darimana mulainya kepercayaan tersebut, tetapi saya akui cukup ampuh untuk mengurangi segala tingkah laku negatif kita atau apapun yang dilarang oleh orangtua kita. Setiap daerah memiliki superstition berbeda, namun tak jarang beda negara pun kadang punya kesamaan juga.

Hal yang paling common dan dimiliki oleh banyak culture adalah superstition yang berkaitan dengan 'bad luck' seperti cermin retak, kucing hitam melintas, jalan di bawah tangga, dan masih banyak lagi. Di Indonesia ditambah lagi dengan sisir patah, kejatuhan cicak, membuka payung didalam rumah, dll.
Gambar dari sini

Di keluarga saya juga banyak sekali pamali, yang sampai sekarang pun masih saya ingat. Yang paling berpengaruh pada saya adalah waktu pantangan menggunting kuku. Adalah pantangan di rumah saya untuk menggunting kuku setelah ashar, karena ibu kita akan mati! Wih, terdengar menyeramkan sekali ya. Dan sampai sekarang, tak satupun dari kami, anak-anak ibu saya, berani untuk membuktikan apakah superstition ini betul adanya. Tentu saja karena akibatnya sangat fatal! Masih banyak yang lain lagi yang sampai sekarang masih saya ingat -- kalau menyapu tidak bersih nanti akan dapat suami berewokan (dan kenyataannya saya berjodoh dengan Pak Hussain yang berewokan), makan dari piring atau gelas 'sumbing' berakibat buruk pada bakal anak kita kelak, duduk harus jauh dari pintu agar ringan jodoh, dll.

Ketika saya menikah dengan Pak Hussain di tahun 2006 yang lalu, saya perlahan mulai menularkan kepercayaan magis saya setiap kali dia melakukan hal yang bertentangan dengan 'peraturan' yang saya tahu. Dan sudah bisa ditebak kelanjutannya, tentu saja karena dia adalah orang yang penuh rasional, dia menapik semuanya sambil menertawakan saya.

Superstition adalah hal yang klasik. Walaupun kita tahu bahwa kebenarannya kurang dari 10% dan sisanya adalah dongengan belaka, dan bahwa semuanya adalah ketakutan berlebihan yang diciptakan nenek moyang kita dulu agar kita tidak melakukan hal yang dilarang. Tapi tetap saja sampai sekarang pun kita menghindari apa yang dilarang walaupun alasannya tidak jelas.

Aneh memang, tetapi semua kepercayaan supersition itu seperti tertanam di kepala kita semenjak kecil sampai sekarang. Seringnya membuat kita terkekeh dalam hati, namun tak jarang membuat kita urung melakukan hal yang dilarang. Superstition sedikit banyaknya seperti membentuk pribadi kita.

Jaman sekarang, di masa teknologi yang sangat canggih, memang agak kuno untuk masih menanamkan larangan dengan memberikan ketakutan kepada anak-anak kita. Mudah memang, tapi dengan kepintaran anak jaman sekarang, apa iya masih ampuh untuk digunakan? Jangan-jangan malah anak kita menganggap kita berbohong dan cuma menakut-nakuti mereka. Apa nantinya mereka akan percaya apa yang kita katakan selanjutnya? Jangan-jangan mereka jadi malas bertanya apapun lagi kepada kita. Di umur 7 tahun, disaat anak-anak kita mungkin sudah bisa menguasai komputer. Dengan mudahnya mereka akan meng-google pertanyaan mereka dan mendapat jawaban paling akurat. Apa mungkin kita memberikan informasi yang tidak berdasar fakta seperti superstition?

Yang pasti superstition mewarnai masa kecil saya, dan membekas di ingatan saya sampai dewasa. Dan bersama Pak Hussain, kami sepakat untuk meredam keinginan saya untuk mengajarkan superstition pada anak-anak kami :)

Powered by Telkomsel BlackBerry®