Kamis, 17 Februari 2011

Don't die just yet!

Pernah mimpi tentang kematian? Bagaimana rasanya begitu nyata, sampai kita terbangun sambil mengucap rasa syukur bahwa itu hanya mimpi.

Saya mengalami banyak mimpi tentang kematian saya. Ditabrak mobil, jatuh dari ketinggian (pasti semua pernah mimpi seperti ini, biasanya kita langsung tersentak dan terbangun dari tidur), bahkan dibunuh teman sendiri pun pernah. But this time, it feels so real, different from all of my previous death dreams. Ceritanya dalam mimpi, saya bergegas pulang dari daerah Bandung, mengambil barang yang tertinggal, jalanannya terjal menuruni bukit, tanpa pembatas. Ketika tikungan, mobil terlalu cepat sehingga meluncur ke dalam jurang, seperti permainan daytona, hanya saja saya betul-betul ada di dalamnya. Saya ingat banyak sekali yang saya pikirkan, dalam mimpi. 'How could that happened?' 'How a small mistake can easily end your life' 'I have no control over anything, that can get myself out of the situation' 'This is the end, there's no rewind button, this is it'. Bener loh, itu semua pikiran saya dalam mimpi, yang saya masih ingat merasakan semua pikiran itu ketika saya bangun. Dan saya juga ingat mengucapkan berkali-kali kata 'Laa ilaaha illallaah'. Kata crucial bagi para muslim, yang sebaiknya diucapkan ketika berhadapan dengan maut.

But it was just a dream. Am I gonna be that lucky in real life? I don't know. Saya selalu menganggap orang yang diberi penyakit berat yang berujung kematian adalah orang yang 'beruntung'. Bukannya menertawakan diatas kepedihan orang. Tapi bayangkan betapa mudahnya hidup, jika kita tahu kapan kita akan mati. Seperti film The Holiday, kita bisa merencanakan apa yang bisa kita lakukan sebelum maut menjemput. Plan a great holiday, visit places you haven't seen in your life, tell everybody how much you ♥ them, print good memories to keep in your head, dan terakhir bertaubat sekuat-kuatnya, berharap Allah mengampuni segala dosa kita. But for us who live normal life, it rarely happened that way.

So with all my death dreams experience, I can't pretty much get some lessons. Hidup lebih bersyukur, jangan tinggalkan sholat, selalu ingat Tuhan, spend quality times with people you care about, don't worry about future so much and live present life to the fullest, don't worry about money so much and worry about losing loved ones more. Karena kita tidak pernah tahu kapan dan bagaimana kita akan mati. Yang terpenting adalah bagaimana kita mempersiapkan hidup untuk menghadapi kematian.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Selasa, 15 Februari 2011

Girls and their endless-grouping-system

Despite all the benefits of being a girl; the freedom of wearing both skirts and pants, freedom of expressing your feeling anytime you want, and our amazing ability of manipulating your mood and feeling whenever necessary to get man to do anything you want, and other stuffs. I found that being a girl is more complicated and harder than that.

Since we were very young, we are faced by fierce competition to mingle and survive the elimination process of grouping! Its tough, its scary and many times created mental breakdown for the non-survivals. The groups are pretty much like this;
1. The 'Born to be rich, pretty and famous' girls, are those blessed with almost everything people need in the world. Most of them will have a successful social life in the future
2. The 'Cool and trendy' girls, are 2nd in rank. They pretty much rule the school. They date the seniors, hang out in canteen disturbing juniors. They are active in school organization and most of the cool stuffs.
3. The 'Nerds', are those who don't socialize alot. Because they're not that pretty, because they're not so smart. Or combination of the above.
For those who are not categorized under these group, are just ordinary girls, the unknown. Just like me.

This system might vary in different cultures and countries, but the rule is pretty much the same. There's no way you can escape this system. If you cant survive this system, you'll fall under The Unknown group, an ordinary.

Since I can remember, I never stick to one group in my life as a student. Call me naive, but i wasn't aware that you have to chose a pact to survive school life. Since I dont act, dress, talk or even walk girly. I dont talk about boys and artists all the time, I dont use branded gel shoes, and bring Kipling pattern bags, Im kinda left out, not trendy, not cool. So I hang out with the boys, where their system are a less tough. They tell you straight to your face what they feel, that way they're easier-to-understand species. Turns out that I learned a lot from them (apart from all the p*rn cds they collected for pride), and I got to join the band. How cool is that! Well at least for me it is. I dont have many girl friends. Its ok, better to have few that sticks with you, rather than having many that never around.

I forgot all of this, until now, when I drop Mikail everyday to school. After many times, only I realized that its the same system all over again. The hot mamas, with shiny hair, nice dresses and pretty shoes are in one corner, talking about fancy stuffs. The A+ moms, in another corner, talking about their kids' development. And where am I sitting, if you ask? Just like old time, the ordinary people who mingle and never talk again the next day as if we never met.
Tell me really, is there some kind of secret code you have to say to join the pretty pact? I'd like to know.

Kamis, 10 Februari 2011

Pagi ini Jakarta berkabut

Beneran loh. Karena beberapa orang juga bilang begitu di twitter hehehehe. Bukan saya pesimis, cuma biasanya memang kalau terlihat berkabut begini, biasanya polusi.

Matahari bersinar cukup terang, membuat pemandangan pagi yang tidak biasa ini semakin luar biasa. Terlebih lagi dilihat dari ketinggian rumah susun tempat kami tinggal.

Saya menikmatinya ditemani anak yang paling pagi bangunnya, Naznin. Membuka lebar pintu balkon, menyeduh teh, sambil menikmati sepotong roti bakar (maaf cuma pencitraan, maksud saya 2, eh 3). Sambil melamunkan hidup saya. What it would be like if I was still single, unmarried. Mungkin saya meneruskan sekolah, atau malah tetap bekerja di satu perusahaan dengan karir stagnant dan waktu kerja yang menyita kehidupan pribadi. Mungkin saya sudah keliling dunia, seperti impian saya, berpekerjaan seperti Robin Esrock, a travel writer. Tapi mungkin saya malah luntang-lantung berpindah pekerjaan, mencari pekerjaan yang cocok buat saya. Mungkin saya bisa party all night, ikut perkumpulan tukang clubbing se-Indonesia (kalau ada). Tapi mungkin malah saya diam-diam dirumah, tidak ada teman untuk pergi keluar, karena semua sibuk dengan keluarga sendiri.

Susah membayangkan bagaimana kehidupan saya saat ini, apabila yang terjadi adalah sebaliknya. Bila saya tidak bertemu suami saya, bila kami tidak dianugrahi 2 manusia kecil ini, dan bila-bila lainnya.

There's so many things you wish you would have done in life, but you didn't do. So many times you wish your way would end up somewhere, but many times life takes you somewhere else.

But think about it this way. There are no such things as coincidence. Allah has plan for everything and everyone. So when you think that your plan didn't go well, think again. Probably you just have to go different direction to achieve it. When you think your life is not how you wanted it to be, think again. That is probably the best for you, as your life maybe worst if it had happened otherwise.

So, enjoy you life. Don't sweat over small stuffs you don't have. Try not to compare your life with others, because they probably wish they can have your life too. Do your best in life, pray and rely only to Allah.

Pagi ini Jakarta berkabut, saya yakin yang ada di pikiran semua orang pagi ini cuma bagaimana cara menyelesaikan hari dengan cepat. Thank God It's Finally Friday!
Powered by Telkomsel BlackBerry®

I got cheated!

Entah untuk keberapa kalinya dalam hidup, saya ditipu orang. Ditipu mulut manis pedagang, ditipu rayuan tukang asuransi, ditipu temen lama yg butuh duit, ditipu orang baru kenal yang ternyata clepto, ditipu online store, dan ditipu yang lain yang ga keinget semua.

Saya masih ingat berkali-kali dimarahi almarhum bapak saya sewaktu saya sekolah dulu gara-gara saya suka kena tipu orang. Contohnya waktu itu saya ingin membeli parfum untuk hadiah valentine ibu saya. Kawan saya spontan menawarkan berbagai merk parfum yang dia jual, harganya miring sekali. Waktu itu saya kelas 2 SMP. Langsung saja saya minta tambahan uang dari Bapak saya. Yang saya tidak tahu, bahwa teman saya ternyata menjual parfum KW2. Saya ingat betul dimarahi Bapak saya, disuruh mengembalikan parfum yang saya beli. Ketika mau dikembalikan, ternyata kawan saya marah-marah, tidak mau mengembalikan uangnya. Saya pulang dengan tangan hampa, kembali dimarahi Bapak saya. Saya memang paling ga bisa berdebat dengan orang yang masalahnya berhubungan dengan uang. Pastinya saya selalu kalah, dan berakhir dengan berkurangnya uang di dompet saya.

Pernah juga saya ditawari untuk membeli dagangan kawan saya. Ketika saya jawab tidak, kawan saya mengeluarkan jurus marketing ditambah jurus 'puppy eyes'. Jurus paling ampuh untuk meluluhkan hati orang, atau mungkin berlaku untuk saya saja. Nah saya juga paling tidak bisa berurusan dengan orang kaya gini, pastinya berakhir dengan bertambahnya barang tidak berguna di rumah saya, dan berkurangnya uang di dompet saya.

Dan berkali-kali saya terjerat asuransi dan unit link yang sebenarnya saya tidak perlu. Tapi terbeli, bukan karena tidak sengaja, tapi karena terkena jurus ampuh 'puppy eyes' tadi.

Kali ini saya membeli barang 2nd yg katanya kondisi masih bagus. Dijual sekitar 70% barunya. Ternyata pas nyampe di tangan, tidak sesuai harapan. Emang sih saya ga lihat barangnya dulu sebelum membeli, karena barangnya udah difoto, katanya dalam keadaan bagus, jadi saya percaya. Oke ternyata saya terlalu lemah dengan rayuan dan juga terlalu percaya sama orang.

Karena sudah menikah, dan uang yang dipakai adalah uang suami, tentu saja sekarang saya menunggu dimarahi suami, atau setidaknya dicemberutin. Alhamdulillaah, Pak Hussain adalah orang yang pengertian terhadap masalah saya yang satu ini, dan entah kenapa sampai sekarang masih mempercayakan keuangan keluarga pada saya.

Jadi, saya putuskan untuk mengembalikan saja barangnya. Saya mengirimkan pesan lewat bbm bernada agak marah kira-kira begini:
Me: Mbak, kok barangnya tidak sesuai dengan fotonya ya? Boleh aku balikin Mbak?
Mbak: Oh ga bisa dong
Me: Balikin boleh ya? Ga usah balikin uangnya semua deh, 3/4nya aja. Sisanya uang kesel
Mbak: Ga bisa mbak. Saya udah pake uangnya. Emang saya jual itu barang karena saya perlu uang
Me: *nepok jidat* yaaahhhh
Mbak: Maap ya
Me: ya sudahlah ga papa. Itung-itung bantuin teman (haaahhh did I just say that?) *tepok jidat sekali lagi*

Ok, sepertinya saya harus pergi ke kelas 'Cara bernegosiasi dengan orang' deh.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Rabu, 09 Februari 2011

Comic Cafe for Comic lovers




Hari Selasa yang lalu, sesudah berbelanja kebutuhan dapur, saymengajak keluarga untuk makan siang bersama di Epicentrum Rasuna, Kuningan.

Ternyata ada restaurant baru, namanya Comic Cafe! Tempatnya unik banget, begitu masuk nampak jelas miniatur super hero dipajang dimana-mana. Semuanya didesain bertema komik.

Meja dan kursi digambar komik. Dinding juga dilukis komik. Menunya digambar seperti komik. Sangat kids friendly, karena ada menu anak, yg dibentuk lucu-lucu. Ada meja dan kursi anak-anak juga.

Makanan bervariasi antara masakan indonesia: sop buntut, nasi goreng, mie goreng, dll. Ada jg steak ayam dan daging. Sayang, rasa makanannya terbilang 'biasa' untuk harga yang ditawarkan. Harga makanan sekitar 30-60ribu.
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Harapan semu terhadap sistem pendidikan kita

Masih ingat, liputan tv tentang ujian guru-guru sekolah negri? Yang ternyata guru-guru itu mencontek, membawa handphone ke ruang ujian untuk meng-sms rekannya minta jawaban, bahkan melirik catatan yang sebelumnya sudah disiapkan di handphone. Walaupun hal ini tidak terlalu mengejutkan buat saya, tapi ketika dilihat terang-terangan di tv, malah mereka nyengir-nyengir tak berdosa ketika disorot kamera, sungguh amat memalukan. Apakah ini guru-guru yang sama yang mengajar anak-anak kita? Kalau gurunya begini, apa yang akan terjadi pada muridnya? Seperti kata pepatah; Guru kencing berdiri, murid kencing berlari.

Foto diambil dari sini
Jadi dimana salahnya, dan bagaimana cara memperbaikinya?

Pak Hussain, suami saya pernah berkomentar, bahwa Indonesia harus menunggu sampai semua generasi dengan budaya-budaya buruk seperti mencontek sampai KKN, mati, baru negara ini mungkin bisa memulai lagi dengan budaya dan politik yang lebih bersih.

Permasalahan yang tak kunjung selesai di negara kita yang sebenarnya kaya ini adalah kemiskinan rakyat dan dalih pemerintahannya yang kurang budget operasional. Guru-guru yang baik dan berkualitas, yang mau mengabdikan jasa dan hidupnya di pedalaman, tidak dilihat sama sekali oleh pemerintah. Guru-guru yang berjasa mendidik anak-anak yang nantinya akan jadi pemimpin bangsa, tidak diperhatikan kesejahteraannya. Anak-anak yang cerdas, yang berbakat, bahkan tak sekali mengharumkan nama bangsa di berbagai ajang kompetisi, tidak 'dipelihara' negara. Alhasil, mereka akan pindah mencari negara yang mau 'memelihara' mereka dan mengembangkan bakat dan kemampuan mereka. Sistem pengajaran dan kurikulum negara pun lebih banyak membodohi daripada mencerdaskan anak. Bagi yang memiliki uang lebih, mungkin lebih memilih sekolah swasta atau home-schooling bagi anaknya, yang lagi-lagi ketika mereka berprestasi, ayah-ibunya akan menyekolahkan mereka ke luar negri. Akankah yang tertinggal di negri ini hanya yang biasa-biasa bahkan yang buruk?

Budaya buruk yang beragam pun menjadi permasalahan tersendiri bagi negara kita. Dari mulai yang kecil, seperti menggunakan peralatan kantor untuk kepentingan pribadi, sampai yang besar seperti KKN, 'dimaklumi' oleh masyarakat dan hukum negara kita.

Pikiran seperti ini yang membuat hati semakin kecut dan pesimis terhadap masa depan anak-anak saya di negara ini. Tapi setiap saat saya coba membesarkan harapan, pasti nanti akan lebih baik lagi. Bukan kepada pemerintah kita harus menyandarkan harapan akan kehidupan yang lebih berkualitas untuk kita dan mimpi-mimpi masa depan kita. Diri kita sendirilah yang bisa melakukan perubahan itu. Rumah, adalah tempat pendidikan utama anak-anak kita. Ayah dan ibu adalah guru utama anak-anak bahkan dari mulai anak dalam kandungan. Mari kita ajarkan anak-anak kita agar memiliki hati yang bersih dan jiwa yang besar. Ajarkan mereka berkompetisi dengan sportif, bukan untuk menang dengan menghalalkan segala cara, tapi untuk mencoba dengan segala kekuatan untuk meraih kemenangan. Ajarkan juga tentang kekalahan, dan cara menyikapinya. Selalu tunjukkan dan ajarkan kebaikan, tetapi jangan lupa juga ajarkan tentang keburukan dan bagaimana cara menghindarinya. Terlebih lagi, ajarkan mereka agar takut kepada Tuhan, kekuatan di atas segala kekuatan, yang kepadaNyalah kita semua dikembalikan pada waktunya.

Apakah mungkin juga sudah saatnya, pemerintah menambahkan ke dalam kurikulum sekolah: Pelajaran 'Anti korupsi', 'Anti penindasan terhadap kaum yang lemah', 'Anti tirani', 'Anti rekayasa politik', pelajaran tentang hati bersih dan cinta. Cinta terhadap Tuhan, cinta terhadap bumi, dan cinta terhadap sesama manusia, yang semua derajatnya sama di mata Tuhan.

Don't give up hope just yet. Mari kita mulai merubah negri ini, mencintai negri ini dengan membesarkan anak-anak kita dengan cinta.

Duka saya bagi Alanda, dan kematian keadilan di Indonesia

Subuh tadi saya terbangun, menyusui Naznin sambil menyempatkan diri membaca timeline di twitter semalam. Terlintas banyak status mengenai kasus Alanda, 19 tahun, yang ibunya divonis penjara 10 tahun karena terkait kasus Bank Century. Alanda menulis menceritakan tentang ibunya di Blog Alanda.

Hati rasanya teriris sampai tidak bisa tidur lagi. Berkali-kali ketidakadilan terjadi, kaum yang lebih lemah tertindas karena buta hukum, karena miskin, karena tidak ada kenalan pejabat atau polisi, dan karena tidak punya apa-apa lagi untuk menyuap siapa-siapa.

Kembali ke kasus Ibu Alanda, sebagai orang awam yang buta hukum (dan enggan mempelajarinya), pertanyaan saya pasti sama dengan yang lain. Terlepas dari salah benarnya ibu Alanda, siapakah yang tega menjadikan wanita ini kambing hitam yang menerima hukuman lebih besar dari pelaku kejahatan itu sendiri? Siapakah yang begitu buta hatinya (entah oleh apa), memutuskan hukuman ini, dan siapa pula yang tega menyetujuinya.

Berkali-kali, orang yang menurut kita salah sedikit, seperti mencuri singkong dari kebun tetangga karena kelaparan, dapat hukuman yang begitu panjang. Sedangkan koruptor, orang yang mencuri uang negara dan pembayar pajak, yang begitu banyaknya, hanya terjerat hukuman ringan. Apakah segitu banyaknya celah di hukum Indonesia? Kalau iya, siapa yang bisa kita 'salahkan'? Siapa yang harus memulai merubah hukum-hukum bercelah ini? Kenapa sudah selama ini, banyak hukum yang ayat-ayatnya 'menyesatkan' tapi tidak ada yang merubahnya juga? Mungkin karena semakin banyak celah yang ada pada hukum, semakin banyak orang yang melek hukum diuntungkan.

Alanda adalah anak dengan bakat dan prestasi yang besar, yang membanggakan bagi Indonesia. Saya yakin, Alanda, dan bahkan korban hukum yang lain, jauh lebih mencintai Indonesia dibandingkan dengan para koruptor dan penindas masyarakat yang sering kelihatan di tv. Tapi sayang, Indonesia tidak mencintai mereka.

Saya sebagai seorang ibu, dan saya yakin semua ibu-ibu juga sama, berharap agar negeri ini selalu damai agar anak-anak kita bisa memiliki hidup yang berkualitas. Kami cuma bisa berbuat yang terbaik membesarkan anak-anak kami dengan cara terbaik yang kami tahu. Berharap anak-anak inilah yang nantinya akan membawa negara ini ke perubahan yang lebih baik. Dimana keadilan ditegakkan dan kedamaian bisa tercapai.

Dan kepada penindas masyarakat lemah, yang meraih keuntungan sebanyak-banyaknya dari kenaifan dan kebaikan orang lain. Semoga Allah melindungi kalian semua, karena ingatlah bahwa siksa Allah sangatlah pedih.