Sabtu, 30 April 2011

Just for fun - My lost glasses

I lost my glasses
Many times, but I can always find it
I put it in various places
Its just so hard to remember where I put it

Everytime I try to put it in one place
Whenever I take it off my face
Or whenever I take it off before I go to bed
Somehow, I don't know why, I always forget

I lost my glasses, this time for real
I took it off right before I shower
I must have taken bath for more than hour
Because I can't seem to track my glasses
Even this time I try harder

People say I'm getting old
I keep on forgetting what I'm told
Maybe I have to write everything on a note

But I have to be greatfull to the Lord
For eventhough I'm getting old
I'm not like Prince William, who's head is bald
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sabtu, 09 April 2011

Slow down, I'm getting there, eventually

Picture taken from here
Pagi ini saya berkaca, dan menyadari terlihatnya sedikit lekukan di pinggang saya. Rasanya ingin menjerit dalam hati 'Waaahh, saya kurusan loh'. Rasanya satu hari ini menjadi lebih spesial dari hari biasanya.

Saya memang cuma seorang SAHM (Stay at home mom) yang sehari-hari disibukkan oleh kerepotan mengurus anak, dan memiliki sedikit waktu untuk merapikan diri. Berkaca sekarang, lebih menjadi kegiatan bermain dengan anak, daripada mematut diri, memandangi diri sendiri di depan cermin. Apalagi keseharian saya yang selalu dirumah membuat kegiatan berkaca menjadi jarang saya lakukan.

Memang berat badan dan bentuk tubuh adalah dua masalah utama di dunia perempuan. Semua perempuan ingin memiliki berat badan dan bentuk tubuh yang ideal. Semua cara dan upaya berani dilakukan oleh perempuan untuk mendapatkan kedua hal tersebut. Masa kehamilan dan persalinan yang indah pun, nantinya akan dihadapkah oleh dua masalah utama ini. Tak sedikit perempuan yang tidak dapat menerima perubahan bentuk badannya setelah melahirkan, dan akhirnya menjadi depresi. Baby blues pun sering terjadi, menyalahkan bayi yang dilahirkan karena depresi akan perubahan yang dialami perempuan setelah kehamilan dan melahirkan.

Saya beruntung memiliki suami yang pengertian, yang paham betul bahwa menyusui dan berdiet bukanlah pasangan yang match. Bahwa mengembalikan bentuk tubuh bukan semudah membalikkan telapak tangan, terutama bagi jenis perempuan yang susah menguruskan badan seperti saya. Memang rasa iri itu pasti ada setiap melihat perempuan lain yang dengan sangat mudah tanpa melakukan apapun, kembali ke bentuk badan sebelum hamil, setelah melahirkan. Sedikit mengutuk namun mengagumi dalam hati, sambil berdoa supaya bentuk badan saya bisa tiba-tiba berubah seperti dia. Tapi kalau dipikir, mungkin tanpa saya tahu, dia berusaha lebih dari saya. Berolahraga, menjaga asupan makannya, berdiet dengan benar, dan merawat badannya. Mungkin memang saya saja yang kurang usaha, hanya berniat olahraga tapi untuk menjalankan niat itu sulit sekali. Mungkin kalau saya berusaha lebih keras, kalau saya meluangkan waktu saya untuk berolahraga dan menjaga pola makan, saya bisa dengan cepat menurunkan berat badan saya. Sambil melamun saya terus berpikir, mendesah, dan berpikir lagi.

Pada akhirnya saya memilih untuk mensyukuri bentuk tubuh dan berat badan saya. Hari ini saya merasa lebih kurus. Slow down, I'm getting there, eventually.

Sabtu, 02 April 2011

Jakarta, what have we done to you

Hari itu saya melihat dari tingkat 18 apartment tempat kami tinggal, kawasan perumahan dilalap api. Pikiran saya melayang membayangkan betapa paniknya pemilik rumah, menyelamatkan diri dan keluarganya.

Di sisi lain jalan, cukup jauh dari situ, saya cuma memandangi mobil pemadam kebakaran dengan cemas. Sirenenya meraung-raung memohon kepada sesama pemakai jalan. Berharap diberikan sedikit laluan, supaya bisa sampai cepat, membantu memadamkan api yang menyambar cepat.

Pikiran saya melayang lagi ke perumahan yang terlalap kobaran api. Membayangkan pemilik rumah yang hatinya bergetar, memandangi rumahnya hancur rata dengan tanah. Hilang bersama kenangan yang terkumpul lama, luluh ditelan api.

Sebegitu lama detik-detik penantian, menunggu pertolongan yang tak kunjung tiba. Pemadam kebakaran yang bergegas namun semua usaha sia-sia. Terjebak kemacetan.

Jakarta, what have we done to you.

Di sepanjang mata memandang, gedung-gedung baru bermunculan. Bak monster beton yang kakinya menghunjam jauh ke dasar tanah. Menghisap semua kehidupan di sekitarnya. Sampah-sampah menggunung di bantaran kali, berebut tempat dengan akar pohon yang semakin goyah karena tempat berdirinya rapuh.

Sekarang, hampir setiap kali hujan turun, Jakarta tergenang air. Setiap orang seperti terlupa akan salahnya, menghujat pemerintah, seakan mereka Tuhan yang bisa merubah nasib manusia dalam satu jentikan jari.

Jakarta, what have we done to you.
Picture taken from here
Kita menggali tanah, dalam, dan semakin dalam, untuk mengambil air. Menghisap sebanyak yang bisa didapat, tak peduli sesiapa, asalkan kita berkecukupan.

Ruang semakin sempit, kendaraaan semakin banyak. Gedung dan perumahan baru berdiri di manapun tanah kosong terlihat, tanah semakin turun kehilangan pondasinya. Sampah tak terurai menggunung, entah nantinya akan dikemanakan.

Sebegitu banyak yang telah kita telah ambil dari Jakarta. Tanpa merasa bersalah, tanpa peduli apakah anak dan cucu kita nanti bisa menikmati apa yang bisa kita nikmati sekarang dengan mudah.

Sekaranglah saatnya kita bertindak, menyayangi Jakarta seperti Jakarta telah menopang kehidupan kita, tanpa pamrih. Sekaranglah saatnya kita memulai, menggunakan sumber daya alam secara bijaksana, menyisakan sebagian kecilnya untuk generasi berikutnya, agar anak cucu kita nanti tidak susah hidupnya. Sekaranglah saatnya kita melakukan, apa yang sebelumnya tidak pernah kita lakukan, berhenti menyalahkan orang lain dan melihat ke diri kita sendiri.

Mari kita berubah, untuk Jakarta yang lebih baik lagi.
Powered by Telkomsel BlackBerry®